SIDAKPOST.CO.ID
Pangkalan udara Australia meningkatkan kewaspadaan menyusul Rusia yang melakukan latihan militer di perairan bebas di utara Papua dengan mengirimkan dua pesawat pengebomnya.
Awal Desember lalu Rusia melakukan latihan militer di wilayah perairan netral di luar Indonesia dengan turut mengirimkan dua pesawat pengebom jenis Tu-95MS.
Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, pesawat pengebom tersebut mampu membawa persenjataan nuklir mengangkut lebih dari 100 personil.
Dilaporkan kantor berita Rusia, RT, latihan tersebut menjadi patroli udara pertama yang dilakukan Kremlin di wilayah Pasifik dan diluncurkan dari Indonesia.
Pakar keamanan nasional Peter Jennings dari Institut Kebijakan Strategis Australia mengatakan, melalui latihan tersebut, Rusia menunjukkan ingin memperluas pengaruhnya ke bagian lain dunia.
“Latihan itu seperti pengingat bahwa Rusia ada di sini. Mereka ingin berperan dalam keamanan di wilayah Pasifik dan menggunakan kekuatan militernya untuk menunjukkan hal tersebut,” ujar Jennings kepada ABC.
Pesawat pengebom Tu-95MS tersebut berangkat dari pangkalan di Pulau Biak, yang masuk wilayah Indonesia, dan mengudara selama sekitar delapan jam.
“Penerbangan di atas perairan netral di Arktik, Arktik utara, Laut Hitam dan Laut Kaspia, serta Armada Pasifik dilakukan secara reguler oleh pesawat terbang jarak jauh.”
“Semua misi yang dilakukan Angkatan Udara Rusia sesuai dengan hukum udara internasional,” kata Kementerian Pertahanan Rusia dalam sebuah pernyataan dilansir The Guardian.
Departemen Pertahanan Australia mengonfirmasi adanya peningkatan kewaspadaan pada periode yang sama dengan latihan yang dilakukan Angkatan Udara Rusia.
“Peningkatan kewaspadaan (oleh Angkatan Pertahanan Australia) sesuai untuk merespon keadaan yang berkembang.”
“Awal Desember ada peningkatan kesiapan dalam periode singkat,” kata juru bicara departemen pertahanan.