Bandar Lampung,Sidakpost.co.id- Universitas Teknokrat Indonesia dipercaya oleh Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kementerian, Riset, Teknologi, dan Pendidikan tinggi (Kemenristekdikti), menjadi tuan rumah Kontes Robot Indonesia (KRI) 2019 untuk Regional I. Sebanyak 197 peserta dan 64 tim, dari 31 perguruan tinggi se-Indonesia akan bertanding dalam KRI,Sabtu (06/04)
Adapun Divisi Lomba tersebut meliputi :
– Kontes Robot ABU Indonesia = 9 Tim
– Kontes Robot Pemadam Api Indonesia
Tipe Berkaki = 19 Tim
– Kontes Robot Sepak Bola Indonesia
Divisi Beroda = 17 Tim
– Kontes Robot Sepak Bola Indonesia
Divisi Humanoid = 7 Tim
– Kontes Robot Seni Tari Indonesia = 12
Tim.
Rektor Universitas Teknokrat Indonesia Dr. HM. Nasrullah Yusuf, SE, MBA., mengatakan, penggunaan teknologi dan kecanggihan robot pada Kontes Robot Indonesia (KRI) 2019 sudah memasuki revolusi industri 4.0.
Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Lampung Drs. Sulpakar, MM, Ketua Yayasan Pendidikan Teknokrat Dr. H. Mahathir Muhammad, SE, MM, Dewan Juri KRI 2019, Pimpinan Perguruan Tinggi, Pembimbing Peserta KRI 2019, Siswa SMA, SMK, dan MA se-Bandarlampung.
“Kalau 4.0 basisnya adalah internet of things (IoT) dan big data, sedangkan 5.0 basisnya adalah humanoid dan artificial intelligent, yakni robot layaknya manusia dan kecerdasan buatan yang melebihi generasi ketiga,” ujar Nasrullah di sela-sela pembukaan KRI Tahun 2019.
Menurutnya, hal tersebut bisa dilihat dari teknologi yang digunakan. Dengan begitu, katanya, perlombaan cenderung lebih maju dan masuk dalam revolusi industri 5.0.
Sementara itu, Direktur Kemahasiswaan Kemenristekdikti Dr. Didin Wahidin, M.Pd, mewakili Menristekdikti Prof. M. Nasir, membuka Kontes Robot Indonesia (KRI) 2019 Regional 1 di Gelanggang Olahraga Mahasiswa Teknokrat.
KRI Regional I Tahun 2019 diikuti 31 Perguruan tinggi dengan rincian :
– 6 PTN Pulau Jawa dan 18 PTN Pulau
Sumatera.
– 1 PTS Pulau Jawa dan 6 PTS Pulau
Sumatera.
Yang terbagi dalam :
– 64 Tim.
– 197 Peserta.
– 64 Pendamping.
” Melalui kontes ini para mahasiswa lebih mengembangkan teknologi di masa yang akan datang. Revolusi industri yang ada sekarang lebih ditonjolkan karena teknologi informasinya. Nantinya akan berkembang era industri dimana robot akan berperan”,harap Didin.
“Karena itu, meski kita melakukan kontes robot. Tapi robot yang diharapkan untuk membangun manusia, bukan robot untuk membangun robot. Sehingga bisa membangun cita-cita yang luhur terhadap bangsa Indonesia,” ujarnya.
KRI 2019 hendaknya bernuansa pembelajaran. Yaitu, untuk menambah bobot harga diri jati diri bangsa di tingkat internasional bersaing dengan bangsa-bangsa di dunia. “Jadi kontes robot ini bukan sekadar lomba robot, tapi nuansa pembelajaran yang nantinya menjadi bekal,” ujar Didin.
Sementara itu, Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah II Prof. Dr. Slamet Widodo mengatakan bahwa peserta KRI merupakan calon-calon intelektual dan Teknokrat di masa yang akan datang. Ke depan kemampuan akademik tidak cukup, tapi harus mempunyai kemampuan dan prestasi lain.
“Bila sekarang semua serba IT, maka di masa yang akan datang beberapa kegiatan sudah dilakukan dengan robot. Saya juga berharap Kemenristekdikti memperhatikan riset para mahasiswa,” ujarnya.
#yayuk