Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) menjadi kesempatan yang memiliki banyak keuntungan bagi mahasiswa, di antaranya, pengalaman belajar antarbudaya, melatih public speaking, meningkatkan dan memperluas bahasa asing, meningkatan skill kepemimpinan, serta meningkatan kualitas pendidikan.
Gerbang kesempatan tersebut dibuka Universitas Lampung (Unila) dengan lebar bagi mahasiswanya. Keterbukaan informasi terkait program PMM memudahkan seorang mahasiswa Fakultas Hukum (FH) Unila bernama, Ferdynan Sitompul untuk mengikuti program tersebut. Mahasiswa yang memiliki hobi sepakbola tersebut berkesempatan menimba ilmu di Universitas Indonesia (UI).
Program PMM merupakan salah satu rencana Ferdynan, ia memantau dan terus mengikuti perkembangan informasinya melalui media sosial sejak lama. Ia mengungkapkan, dalam memilih universitas yang dituju, tersedia tujuh universitas yang dapat dipilih dalam program PMM. Selain itu, hal terpenting adalah mempersiapkan tes dengan maksimal agar mendapatkan hasil terbaik.
Alasan mahasiswa penyuka warna hitam tersebut mengikuti program PMM batch empat 2024 di antaranya, ingin menambah ilmu pengetahuan, pengalaman dalam mengeksplorasi kampus dan budaya. Kegiatan yang dilakukan selama mengikuti program PMM juga beragam, seperti pengenalan kampus dan budaya di daerah setempat.
Sama seperti mahasiswa lainnya, Ferdynan menjalani perkuliahan sebanyak enam belas Satuan Kredit Semester (SKS), dan empat SKS untuk kegiatan yang dinamakan modul nusantara. Dalam pelaksanaannya, modul nusantara memiliki kegiatan kebhinekaan, yaitu kegiatan yang mendorong mahasiswa pertukaran untuk mempelajari budaya, serta mendatangkan para narasumber hebat.
Selain itu, terdapat kegiatan pengenalan budaya dari masing-masing mahasiswa program PMM baik dalam bentuk cerita, tulisan, maupun aksi panggung. Walaupun banyak kemudahan dalam mengikuti PMM, tapi kesulitan juga tidak luput menghampiri. Ferdynan mengungkapkan, ia berusaha keras menyesuaikan diri bergaul dengan mahasiswa yang berasal dari daerah dan budaya berbeda.
Ia juga harus mengimbangi dan membiasakan gaya belajar mahasiswa UI. Namun, pada akhirnya kesulitan tersebut bisa dilewati dengan baik. Interaksi dosen dengan mahasiswa di dalam kelas juga terkesan santai, sehingga berhasil menciptakan ruang diskusi yang menarik. Selain itu, dosen UI selalu memberikan ruang bagi mahasiswanya berekspresi dan mengemukakan pendapat.
Banyak manfaat yang dirasakan Ferdynan, mendapatkan pengetahuan mengenai budaya, pengalaman bertemu banyak orang hebat, dan yang paling berkesan dibimbing langsung di dalam kelas oleh Prof. Dr. H. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M. Sc. dan Prof. Dr. H. Jimly Asshiddiqie, S.H., M.H. yang merupakan idola mahasiswa Hukum di Indonesia.
Pengalaman mengikuti PMM meninggalkan kesan dan pesan bagi Ferdynan, ia mengungkapkan kemungkinan jika tidak mengikuti kegiatan tersebut, ia tidak akan tahu keindahan, keberagaman dan toleransi yang ada di Indonesia. Saling menghargai antarumat, suku, agama dan budaya.
Mahasiswa kelahiran Pagaran tersebut tidak lupa mengajak seluruh mahasiswa Unila untuk merasakan pengalaman bertukar sementara, tapi bermakna selamanya dalam Program PMM. Ia berpegang pada prinsip hidupnya, “Janganlah kamu khawatir akan hari esok. Karena hari esok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari”.
“Ayo berani melangkah, karena sudah terlalu banyak dari kita yang mimpinya tidak terwujud karena lebih memilih menghidupkan rasa takut dalam diri. Program PMM bisa jadi perahu bagi kita untuk mengarungi perjalanan penuh makna dan harapan,” pungkas mahasiswa FH Unila tersebut.
Ferdynan berharap, program ini tetap terus berlanjut sehingga mahasiswa Unila lebih mencintai budaya Indonesia. Banyak dampak positif yang didapatkan dan ia juga berharap mahasiswa Unila bisa merasakan kebahagiaan dan kesempatan yang sama sepertinya.