Kompetisi menjadi ajang untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan diri, serta mempeluas relasi dengan berbagai pihak. Melalui kompetisi, kita dapat mendorong diri untuk mengejar hal-hal yang tidak bisa diraih sebelumnya.
Seperti cerita pengalaman dari Annisa Nathania (Pendidikan Guru Sekolah Dasar 2021), dan Diana Shalma (Pendidikan Bahasa Inggris 2022). Dua mahasiswi tersebut berhasil meraih medali perak (Silver Medal) pada ajang International Innovation Competition in Education (IICE) yang diselenggarakan secara online pada Rabu, 17 Juli 2024.
Kompetisi inovasi pendidikan ini diselenggarakan Persatuan Pendidikan Sains dan Matematik Johor (PPSMJ) bekerja sama dengan FSSH (Faculty of Social Sciences and Humanities) Universiti Teknologi Malaysia (UTM) dengan tema “STEAM Education for an Innovative Society”.
Adapun proyek inovasi pendidikan yang telah mereka buat yakni APEX (oleh Nathania) dan Funlearn (oleh Diana). APEX sendiri merupakan salah satu media pembelajaran inovatif dengan mengembangkan panel surya sebagai energi bersih, yang berkontribusi dalam zero emission sebagai perwujudan prinsip dari program SDG’s nomor tujuh (Energi Bersih dan Berkelanjutan).
Selain itu, APEX juga dapat diimplementasikan sebagai sarana edukasi media pembelajaran bidang Science, Technology, Engineering and Mathematic (STEM) demi mewujudkan tercapainya prinsip dari program SDG’s nomor empat (Pendidikan Berkualitas).
Annisa Nathania, sebagai salah satu mahasiswa FKIP Unila yang ikut berpartisipasi secara offline juga turut menceritakan bagaimana proses perlombaan selama berada di UTM yang lokasinya berada di Skudai, Johor, Malaysia.
Sebelum mengikuti perlombaan, Nathania dan Diana pada awalnya sempat bingung dengan bidang STEM.
Mulai dari proses seleksi tingkat prodi, pengumpulan poster dan beberapa berkas lainnya, hingga pada akhirnya bisa mewakili fakultas secara luring offline dan juga daring online. Sebagai kedua mahasiswi yang berkecimpung di bidang sosial humaniora, mereka pernah berpikiran untuk menyerah dan mengundurkan diri.
“Sejak awal aku pun ngga tau apa itu bidang STEM. Tapi untungnya, berkat bantuan dosen dan teman-teman aku bisa bertahan meskipun memang tidak bisa dianggap mudah, karena ini adalah satu kompetisi STEM pertama kali yang aku ikuti,” ungkap Nathania, Senin, 22 Juli 2024.
Dari kompetisi tersebut, Nathania dan Diana bisa belajar banyak hal baru tentang STEM. Karena menurut mereka, pengalaman adalah guru terbaik saat kita mau belajar dan berjuang dengan hal-hal yang tidak pernah dilakukan sebelumnya. APEX dan Funlearn sendiri bisa menjadi salah produk paling unik dan out of the box yang pernah mereka buat.
“Mungkin, bidang STEM sendiri jadi salah satu bidang yang cukup asing di jurusanku. Aku juga merasa terkendala ketika diharuskan untuk membuat proyek yang sesuai dengan topik ini. Bahkan, setelah sampai di Malaysia aku cuma punya waktu tiga hari buat matengin materi, brainstorming, pembuatan powerpoint untuk presentasi, serta penguasaan komunikasi,” ujar Nathania.
Bagi Nathania dan Diana, kompetisi tingkat internasional seperti ini bisa berpengaruh terhadap kemampuan diri seseorang. Mereka juga bersyukur bisa berkesempatan untuk meningkatkan keterampilan dan memperluas relasi ataupun jaringan pertemanan hingga antarnegara.
Nathania dan Diana juga berpesan untuk semua orang termasuk para mahasiswa, dengan membuktikan kepada diri sendiri secara tidak langsung bisa memotivasi untuk melampaui segala pencapaian yang pernah diraih.
“Menurutku, ga ada salahnya mencoba. Its doesn’t matter how ‘raw’ it is, as long as u believe that you can, it means u can do it. Aku juga berpesan kepada teman-teman. People see you by how you see yourself, so think positively and give it a whirl,” ungkap Nathania.